Showing posts with label Rare Diary. Show all posts
Showing posts with label Rare Diary. Show all posts

12/04/2016

Kala Kesendirian Adalah Kesempatan

Sendiri tidak selalu bermakna gelap dan sunyi. Kesendirian bukan selalu sebuah kesalahan. Dalam kesendirian ada kesempatan untukmu berbuat lebih.

gambar beranda masjid gratis

Kesempatan untuk mempersiapkan diri sebelum jadi berdua, bertiga, dan seterusnya. Ini peluang untuk memberi sesuatu kepada orang lain. Kesempatan untuk menjadi seorang yang punya manfaat. Bagaimanapun, mengisi kesendirian dengan bersyukur adalah pilihan tepat untuk mengerahkan dan mengalirkan kebaikan. Bersabar atas kesendirian akan menjadi penghalang lelaku negatif yang bisa menipiskan iman.

Catatan Atas Aksi Super Damai 212

Segala puji hanya milik Allah dan saya bersyukur aksi 212 dua hari yang lalu berlangsung sesuai tag-linenya, super damai. Ini sungguh karunia Allah yang menyatukan hati-hati kaum muslimin dengan semangat yang menyala untuk membela agama yang sumber tertingginya dinistakan.

catatan aksi 212
foto: pojoksatu.id

Benar sih, Islam dan Al-Qur'an tidak perlu dibela karena keduanya sudah mulia, diturunkan oleh Allah Yang Maha Perkasa. Tapi, sebagai seorang yang beriman, pelecehan terhadap Al-Qur'an bukanlah urusan sepele yang pantas dikesampingkan.

Jika Al-Qur'an dinista didiamkan saja, sangat mungkin sesudah itu simbol-simbol agama Islam yang lain akan ikut dilecehkan. Karena sang penista merasa tindakannya tidak berimbas dan tidak menimbulkan gejolak. Jika yang sudah mulia dihinakan, bukan mustahil apa-apa yang berderajat kurang mulia akan lebih mudah dihinakan.

12/01/2016

Andai Logika Kekuatan Lebih Mendominasi Aksi 212 (Bela Islam Jilid III)

Akhirnya aksi bela Islam digelar lagi. Mungkin aksi esok hari akan lebih besar daripada aksi damai bela Qur'an/Islam jilid II 4 November 2016 lalu. Kalau aksi yang dulu dinamakan aksi damai, maka aksi besok akan lebih ditekankan menjadi super damai. Itu kata UBN, Ustadz Bachtiar Nasir sebagai ketua GNPF-MUI yang bertanggung jawab menjadi penyelenggara aksi.


Saya sepenuhnya percaya jika peserta aksi besok tidak ada yang punya niat membikin ribut suasana ibukota negara. Apalagi membuat onar, bahkan sampai merencanakan makar. Itu jauh dari karakter seorang muslim yang ikhlas.

Jika pun ada yang berbuat demikian, itu kemungkinan besar ulah penyusup yang punya maksud mengacaukan agenda aksi. Atau bisa pula, mereka memancing-mancing agar pecah keributan sehingga membuat sebagian peserta aksi hatinya memanas dan spontan bereaksi.

11/21/2016

Antara Bai'at dan Akad Nikah

Setahu saya, kata bai'at alias berjanji setia menjadi populer di masyarakat saat beberapa waktu lalu santer pemberitaan tentang negara Islam - ISIS - mewarnai media besar. Di televisi, koran dan semuanya, sehingga pemerintah tergerak untuk mengambil sikap.

Saya sendiri tidak sepenuhnya mengerti arti detil dan mekanisme bai'at; namun secara umum ia bisa dipahami sebagai janji setia dari seseorang untuk bersedia dipimpin oleh seseorang lainnya.

antara baiat dan akad nikah

Tentu saja, pemimpin itu harus punya kualitas tertentu yang membuatnya layak untuk memimpin. Seperti pembaharuan bai'at pemimpin baru Al-Qaidah Yaman (AQAP), Syaikh Abu Hurairah Qassim al-Raymi kepada 'amir Al-Qaidah pusat di Khurasan, Syaikh Aiman Az-Zawahiri lebih dari setahun yang lalu:

11/07/2016

Menikmati Nikmat Terindah, Menulis

Zaman dulu, -entah sekarang- ada rubrik bertajuk "Menulis Adalah Nikmat Terindah" di majalah An-Nida. Isinya berupa opini, analisis, atau pesan dari seorang penulis profesional. Saat itu pemegang rubriknya adalah Jony Ariadinata. Bagaimana menulis bisa dikatakan sebagai nikmat terindah?

Yang bisa merasakan langsung kenikmatan ini adalah penulis itu sendiri; orang-orang yang telah menjadikan menulis sebagai kebiasaan sehari-hari. Bahkan setiap saat selagi ada kesempatan, dia akan ambil itu untuk membuat tulisan. Kita tidak bisa merasakan nikmat ini bila kita sekadar menjadi penikmat tulisan. Menjadi konsumen, menjadi pembaca.

menulis nikmat terindah

Alhamdulillah, sejak Mei 2015, menulis telah saya canangkan menjadi bagian dari aktivitas harian. Mau tidak mau, suka tidak suka, saya paksakan diri untuk menulis setiap hari. Tulisan saya lebih banyak yang tercatat di kertas, bukan di blog. Memang ada satu dua hari yang terlompati dengan tanpa tulisan akibat fisik yang kecapean dan alasan lainnya.

11/05/2016

Akibat Mengabaikan Bahaya MSG

MSG alias monosodium glutamat itu adalah zat berbahaya. Paling tidak buat saya sendiri. Saya bisa merasakan tenggorokan mengering dan rasa ikutan (after-taste) yang sangat tidak enak di mulut dalam waktu yang cukup lama. Selain itu, beberapa bagian tubuh seperti bahu terasa berdenyut, kaku dan sakit. Semuanya sungguh membuat kenyamanan saya terganggu.

Saya bisa memastikan keadaan seperti itu berkaitan dengan MSG yang telah saya makan. MSG itu bisa hadir dalam makanan yang bukan buatan sendiri. Bisa berupa makanan ringan atau berat, hampir semuanya sekarang diberi MSG.

akibat mengabaikan bahaya MSG

Yang saya sesali adalah satu: saya nekat memakan sepotong makanan hanya untuk memenuhi dorongan ingin ngemil kemarin petang. Bahasa kerennya craving.

11/04/2016

Kehidupan di Dunia Memang Seperti Mimpi

Sambil menulis ini, saya telah berulang kali merasakan kenyataan hidup di dunia ini benar-benar seperti mimpi. Mimpi yang berlapis-lapis yang selalu gagal saya tembus lalu saya temukan kesejatiannya.

Saya melihat diri saya sendiri berada di belantara mimpi itu. Lalu orang-orang di sekitar, di manapun mereka berpijak, tidak lebih dari sekadar mimpi.

kehidupan dunia seperti mimpi

Beberapa waktu lalu saya temukan ceramah dahsyat dari Ustadz Abu Fatiah Al-Adnani. Beliau terkenal sebagai penulis buku-buku best-seller bertema akhir zaman. Isinya tentang hidup di dunia yang tidak ubahnya seperti orang bermimpi.

11/03/2016

Aksi Damai Bela Qur'an 4 November: Peluang Besar Untuk Merapatkan Barisan Umat

Tinggal satu hari besok, aksi Damai Bela Qur'an 4 November 2016 akan digelar. Saya rasa hampir setiap orang sudah tahu tentang hal itu karena semua media besar memberi porsi besar untuk memberitakannya.

Aksi Damai Bela Qur'an 4 November


Ada yang peduli ada yang biasa saja. Ada yang antusias mendukung aksi damai itu, ada juga yang menganggapnya bukan urusan penting.

Aksi damai ini mungkin akan menjadi demo paling besar di kurun ini. Jumlah massa yang begitu banyak, berasal dari berbagai penjuru tanah air dan dari beragam latar belakang dan profesi membuat aksi seperti ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Kali ini umat tidak bergerak sendiri-sendiri.

10/18/2016

You Are What You Read

Tercermin dari ucapan dan tulisanmu, kamu adalah apa yang kamu baca. Yang kau baca akan membekas dalam pikiranmu. Yang kau baca akan menjadi amunisi tulisan-tulisanmu. Yang kau baca mempengaruhi pemikiranmu. yang kau baca menjadi inspirasi gaya bahasamu, juga pemilihan katamu.

Yamg kau baca memperkaya wawasanmu. Yang kau baca memperdalam keilmuanmu. yang kau baca mempertajam analisismu. Yang kau baca menunjukkan karaktermu. Yang kau baca membentuk cara pandangmu. Yang kau baca, itulah gambaran dirimu.

image via pixabay

10/16/2016

As-Shabrun Jamiil...

Many times I remind myself about the sweet fruit of shabar (patience). It's the ability to hold ourselves from doing something wrong.

the sweet fruit of patience

I think, there is a strong correlation between shabar and being forgiving. Both require our strength to resist the internal force of resentment. Do you have similar thought or experience with mine?

Patience is not the ability to wait. It's the ability to keep a good attitude while waiting. - Quote by Unknown

10/13/2016

Waktu Akan Menjadi Berkah Dengan Menjaga Shalat di Awal Waktu

berkah waktu

Saya sangat bisa merasakan jika waktu berlalu begitu cepat. Dia berlari, kadang melintas secepat cahaya dan meninggalkan siapapun yang tidak sempat meraihnya. Saya bertanya pada hampir setiap orang yang saya kenal baik, apakah mereka merasakan betapa cepatnya waktu berlalu dalam kehidupan mereka?

Lalu rata-rata mereka berkata iya. Sebagian menambahkan jika situasi saat ini telah berubah. Waktu berlalu terasa lebih cepat daripada saat mereka hidup beberapa tahun yang lalu. Ada juga yang balik bertanya kenapa bisa seperti itu.

9/28/2016

musuh terbesar seorang intj itu bernama... ignorance!

Rasa-rasanya, aku bisa menebak tipe kepribadian Ali bin Abi Thalib r.a. dari kisah-kisah menakjubkan dan ucapan-ucapannya yang menyejarah. Saat beliau katakan: "no wealth like knowledge, no poverty like ignorance," aku curiga berat beliau seorang INTJ. Beliau punya ide-ide original, tidak takut berbeda pendapat dengan para sahabat Rasulullah, tergas plus pemberani, dan bersumbu panjang alias tidak mudah marah.

Oh ya, apa hubungan khalifah Ali r.a. dengan judul di atas? Sebatas contoh, tidak lebih.

Karena aku juga INTJ, dan sebelum aku sadari keINTJanku aku telah ngefan pada sang khalifah keempat itu. Aku pun sangat membenci ignorance.

Secara bahasa, ignorance bermakna ketidaktahuan, kebodohan, kedunguan, atau kelalaian. Dalam pengertianku sendiri, ignorance sebangun dengan ketidakmautahuan terhadap lingkungan tempat hidup atau kebebalan pikir -bukan karena belum tahu- tapi malas mencari tahu akan suatu hal yang penting dan mendasar bagi hidupnya. Sehingga yang mendominasi alam sadarnya adalah trivia, matters of no real importance. Berhadapan dengan orang-orang model begini bagaikan menaikkan layang-layang di bawah rintik hujan.

Dan Ali bin Abi Thalib r.a. adalah contoh seorang INTJ yang matang.

"If you think education is expensive, try ignorance." Ini satu kutipan yang kutemukan di whale.to yang membekas di hati. Karena ignorance, pada puncaknya akan melahirkan manusia-manusia bermental rendah, senang mengekor orang atau pihak lain. Karena ignorance akan membuat orang terjajah, bahkan bisa jadi tanpa sadar mencintai perbudakan atas diri mereka.

INTJ benci pada aturan-aturan konyol yang memenjara gerak dan pikiran. Meski pola pikir dan rute analisis tiap INTJ segaris, kesimpulan yang dicapai bisa bervariasi. Walau demikian, ignorance bagi INTJ adalah musuh yang harus dihukum mati. Agar ignorance tidak menjadi alat penindas di tangan para diktator karena membusanainya dengan baju kekuatan, seperti dalam novel 1984: IGNORANCE IS STRENGTH.

9/26/2016

Blog Anti Vaksin

Whoa... ketika Anda mencari atau googling kata kunci blog anti vaksin, Anda mungkin akan sampai di halaman ini. Karena, dengan keyword itu, blog ini ada di page 1 hasil pencarian.

Apakah penulis blog ini adalah seorang anti vaksin?

blog antivaksin

Yang menolak vaksin mentah-mentah tanpa mau mendengarkan apa kata para ahli bidang kesehatan?

Yang perlu dikutuk karena membahayakan kesehatan orang dan atau anak-anak lain di sekitar?

Yang jelas, saya memang sangat-sangat tertarik untuk mencari tahu apapun yang punya hubungan dengan vaksin, vaksinasi, dan imunisasi. Manifestasi dari instink 'hubbul istithla'', rasa penasaran yang hebat untuk mengetahui sesuatu. 

Dan sesuatu itu adalah tentang vaksinasi tadi. Yang saya dapat dari pencarian itu sebagiannya saya coba tulis di sini.

Seorang teman saya bilang, sekarang ini adalah zamannya sosmed. Setiap orang, setiap penggunanya bebas untuk menyampaikan pendapat. Jadi boleh dong saya menyuarakan isi pikiran saya.  

Kalau saya lebih condong ke tidak memvaksin, tentu saya punya alasan tersendiri. Yang lebih penting lagi adalah kesanggupan untuk mempertanggungjawabkan pilihan tersebut.

Vaksinasi itu buat saya, lebih banyak ruginya daripada manfaatnya. Kalaulah ada satu-satunya produk di zaman modern ini yang setiap orang dikenakan kewajiban untuk menggunakannya, produk itu adalah vaksin. Produk-produk lain tidak akan sampai dikampanyekan secara masif, bahkan dipaksakan untuk diberikan ke tiap individu seperti vaksin, seberapapun pentingnya. 

Sebenarnya, kalau vaksin memang sudah terbukti aman, efektif, dengan harga yang terjangkau oleh setiap kalangan, saya mungkin akan berubah pendirian. Ada sih, vaksin yang sudah lama dipraktikkan di bidang homeopati -homeoprofilaksis- yang mampu memenuhi kriteria aman, efektif, dan terjangkau tadi. 

Masalahnya, tidak ada pabrikan vaksin yang mau memproduksinya. Karena harganya murah dan sangat mungkin, mereka tidak akan bisa mengeruk untung besar darinya.   

Siapa yang selalu diuntungkan dari program imunisasi masal/wajib? Meski semua vaksin itu gratis, bukankah pihak pabrikan vaksin akan tetap menerima aliran dana dari subsidi pemerintah yang berasal dari pendapatan negara? Itu uang rakyat juga kan?

Produk farmasi lain, semisal obat atau alat kontrasepsi hanya akan diberikan kepada yang mau memakainya. Lain dengan vaksin. 

Jika ada yang menolak vaksin, terlepas dari apapun alasannya, sering sekali orang seperti ini dibully dan dilabeli tidak menyokong kesehatan umat. 

Pendapat yang saling bertentangan, pro vaksin dan anti vaksin itu punya pijakan masing-masing. Jika terdapat dua hal yang bertentangan, kewajiban orang tua adalah melihat mana yang lebih kuat untuk diikuti. 

Bukan sekadar ikut-ikutan menolak atau mengiyakan.  

Saya terlanjur membaca sejumlah tulisan terkait dan punya kesimpulan jika memvaksin lebih berbahaya daripada tidak memvaksin. Argumen dari para kritikus vaksin ditambah apa yang saya lihat dan rasakan di sekitar lebih meyakinkan dan berbobot daripada argumen yang diungkapkan oleh para pendukung vaksinasi.

Kalau vaksin memang efektif, mengapa ada saja orang tua yang begitu khawatir jika anak-anaknya yang sudah divaksin lengkap bermain bersama anak orang lain yang tidak divaksin? 

Toh tubuh mereka sudah kebal karena vaksin. 

Kalau masih menganggap berbaur dengan anak non vaksin itu berbahaya, apa itu tidak sama dengan menganggap vaksin yang diterimanya tidak ampuh? Lantas mengapa pula mau divaksin?

Kalau orang macam saya disebut berbahaya karena akan mengacaukan cakupan imunisasi (vaksinasi) sehingga prosentase minimal herd immunity aka kekebalan kelompok tidak terpenuhi.. Bukankah herd immunity itu aslinya akan terjadi bila suatu komunitas terkena wabah penyakit tertentu, sehingga setelah sembuh, manusianya akan kebal sampai mati? 

Mengapa prinsip herd immunity yang berasal dari infeksi alami kemudian diaplikasikan ke vaksinasi yang merupakan 'infeksi' buatan? Herd immunity dari hasil vaksinasi itu telah terpatahkan sedemikian rupa karena tidak terbukti. 

Mudahnya, sebagai contoh, jika herd immunity harus mencakup 95% dari populasi -bukan hanya anak-anak-, berapa persen dari penduduk Indonesia yang tidak divaksin campak hari ini?

Yang sering juga terjadi, orang terkena penyakit dari vaksinnya sendiri. Vaksin polio misalnya, bisa membuat seseorang terkena polio. Vaksin polio menjadi penyebab nomor satu kelumpuhan akibat polio. Sudah banyak yang membahas masalah ini, tinggal cari di internet.

Ow, cuma mengandalkan internet lantas berani bicara??  

Itu dikembalikan ke individunya..

Vaksin campak di negeri kita dimulai tahun 1983. Yang disasar adalah balita. Sekarang, dari 250 juta penduduk, berapa yang sudah divaksin campak? Generasi yang lahir sebelum tahun 80-an, sangat banyak yang tidak divaksin campak. 

Tentu, cakupan 95% untuk syarat herd immunity itu tidak tercapai. Apakah penjangkitan atau wabah campak yang fatal terjadi di negeri kita tercinta pada masa sekarang?

Ada banyak kisah tragis kecacatan atau kematian terkait vaksin yang bisa dengan mudah kita dapatkan. Kalau para pejabat kesehatan tetap ngotot vaksin itu aman-aman saja, bukankah itu seperti menuduh para ibu yang menceritakan kondisi anaknya yang cedera atau bahkan meninggal sesudah divaksin itu berdusta? Sanevax.org punya data melimpah tentang hal itu.

Para pengritik vaksin atau kebijakannya itu bukan berkata tanpa sains. Masih menurut mereka, sains vaksin itu belum tuntas, belum berakhir dengan kesimpulan tunggal yang mengunggulkan vaksin. Sudah banyak kajian yang mendapati hal sebaliknya. 

Mereka, para kritikus vaksin itu adalah manusia real yang sebagian besarnya masih bernafas hari ini.

Memang saya rasa ada juga orang penolak vaksin yang asal bicara, bahkan sampai membuat tuduhan keji yang dialamatkan pada para tenaga medis. Sialnya, para tenaga medis juga mau-maunya menanggapi argumen mereka, kadang sama emosinya.

Kalau yang menjadi persoalan dalam vaksin adalah kehalalannya, maka, begitu pabrikan vaksin mampu membuat vaksin halal, urusan selesai. Tapi, keamanan dan kefektifan vaksin akan terus menghantui jika tidak terbukti.

Saya juga bukan anti sains. Saya hormati setiap orang dengan pendiriannya terkait vaksin. 

Yang sangat saya harapkan itu adalah perubahan kebijakan vaksin yang membuka ruang kebebasan bagi setiap warga negara untuk menentukan sikapnya terhadap imunisasi dengan cara vaksinasi. Ini curahan dari dasar hati yang sedang panas dan sesak oleh pewajiban vaksinasi masal... Sungguh, ada banyak cara lain untuk membuat tubuh sehat disamping vaksinasi.

Juga, jikapun hendak memvaksin, diagnosis yang jelas semestinya ditegakkan untuk setiap calon penerima... mungkin bukan dengan cara menyuruh tiap bayi mangap lalu ditetesi vaksin oral dengan alasan demi mememberantas polio, atau menjadikan setiap bayi pincushion alias bantalan jarum-jarum vaksin yang kadang diberikan lebih dari satu suntikan dalam sekali kunjung dokter...

sumber gambar: abc.net.au

8/18/2016

Ustadz dan Ulama yang Dirindukan Umat

Terus terang aku capek mendengar, melihat, dan membaca aksi saling hantam antar kelompok-kelompok kaum muslimin. Tidak jarang, dan mungkin sudah lumrah jika di antara mereka ada yang rajin membongkar 'kesalahan' sesama kaum muslimin dari kelompok yang berbeda pemahaman, atau manhajnya.

Tidak usah disebut contoh rielnya. Kamu bisa merasakan sendiri kalau rajin mencari. Mungkin tidak perlu hal seperti ini dicari-cari. Maka, aku mengambil kesimpulan kalau umat ini sedang sangat merindukan kehadiran sosok ulama atau ustadz panutan pemersatu barisan.

Kita sedang berada di ambang puncak akhir zaman. Setidaknya itulah yang terbaca dari kondisi yang mencengkeram manusia di seluruh dunia. Fitnah merajalela, kaum kafir dari kalangan Syi'ah, Nasrani, liberalis dan komunis sudah siap menguliti kita dengan pedang. Bagaimana dengan kita?

Adakah sosok-sosok yang dirindukan itu?

Semoga saja ada. Aku sangat merasakan orang-orang yang dirindukan dari kata-kata dan tulisan mereka. Mereka ada di tengah-tengah umat. Bisa jadi jumlah mereka sedikit, tapi mereka eksis.
 
Kuambil tiga nama tokoh sebagai figur yang punya kans besar untuk menjadi perekat elemen umat Islam yang selama ini saling bergesekan di negeri tercinta ini. Ustadz Ahmad Zein Al Kaff, Zulkifli M. Ali, dan Abu Fatiah Al Adnani.

Ustadz Zulkifli M Ali (born 1974) dan Abu Fatiah (lahir 1975) adalah 2 tokoh yang sangat peduli pada kondisi umat. Beliau berdua fokus pada kajian akhir zaman. Sepertinya mereka berusaha untuk membentuk kesadaran umat dengan memulainya dari tujuan akhir. Berangkat dari titik terjauh itu, pembahasan akan merembet ke tema-tema lainnya yang berkaitan dan menunjang 'kesuksesan' kita menghadapi dahsyatnya fitnah akhir zaman.

Kita berada di (penghujung) akhir zaman. Data dibuka, fakta digeber. Dasarnya pun kuat: Al-Qur'an dan hadits-hadist shohih. Siapa yang bisa membantah? Karena setiap jiwa akan kembali kepada Rabb-nya maka, menyadari dekatnya kiamat akan menggugah semangat untuk memperbaiki keimanan dan memperbanyak amal shalih. Setiap kaum muslimin memerlukan keduanya demi keselamatan diri sendiri, terutama di akhirat nanti.

Sementara itu, Habib Zein Al Kaff (AZA) adalah seorang tokoh NU yang berpengaruh. Beliau ini menurutku, sangat bijak dan siap menjadi perekat umat. Misalnya, di saat saudara2 kami dari barisan NU garis lurus menganggap mereka yang (menamai diri atau terstigma) Salafi itu sesat, AZA tidak bersikap demikian. Mereka tetap saudara kita seiman yang, jika melihat ada kesalahan pada mereka, wajib dinasehati dengan baik.

Jika kaum muslimin mau bersatu, kemenangan akan lebih mudah diraih. Meski jalan menuju kejayaan itu curam dan berliku. Kita bisa bercermin dari bersatunya faksi-faksi mujahidin di Suriah hari ini. Tahun lalu, Jaisyul Fath yang merupakan gabungan dari beberapa faksi berhasil menaklukkan Idlib di bawah komando Syaikh Al-Muhaisini.

Awal bulan ini (Agustus 2016), kembali mereka menorehkan prestasi dengan keberhasilan mengakhiri blokade terhadap Aleppo. Kondisi kita jelas berbeda dari situasi di bumi Syam. Kita memang tidak sedang berperang, tapi bukan tidak mungkin peristiwa yang menguras segala sumber daya itu cepat atau lambat terjadi di negeri kita. Maukah kita mengambil pelajaran dari para pejuang itu?

Kuyakin masih ada sejumlah tokoh lain yang punya kans serupa. Ustadz Budi Ashari, UBN (Ustadz Bachtiar Nasir), Ust. Adi Hidayat, dan tokoh-tokoh lain dari berbagai organisasi dakwah di tanah air adalah contohnya. Semoga Allah selalu membimbing dan melindungi mereka sehingga bisa bergerak leluasa untuk menyadarkan umat yang besar dan membutuhkan pertolongan ini.

Ringkasnya, kita butuh ahli ilmu yang jujur dan mencintai umat.
 

8/17/2016

Pernahkah Kau Merasa

merasa sendiri

Sendiri,

Sangat sendiri. Asing. Di tengah rekan-rekanmu yang ramai berkelakar atau menyeriusi draft presentasi. Pernahkah kamu merasa sendirian?

Benar-benar sendiri. jauh dari keluarga, saudara dan saudari yang berkerabat. Teman tetaplah teman. Mereka akan kembali ke pelukan keluarga masing-masing.

Sementara, kau masih sendiri. Tetap seorang diri. Makan, minum, menarik energi untuk berlari menyusuri jalan kehidupan nan sunyi. Pernahkah kehampaan menyapa dinding perasaanmu? Keterasingan menjadi-jadi mendorongmu memencilkan diri. Muncul tanpa suara, tanpa muka. Biarkan mereka mengenalimu lewat prestasi yang antibiasa. Biarkan mereka tak pernah tahu ujud nyatamu. Adakah kau pernah merenungi kesendirianmu?

Adakah kau merasa, ada yang sedang mencari jalan menemukanmu? Tahukah kamu, pernah merasakah kamu, pernah bermimpikah dirimu akan hal itu?

Atau, apakah yang sebenarnya engkau cari di muka bumi ini? Saat kau telah sadari perbedaan kesendirian dan kesunyian. Kau tidak akan sanggup menyentuh Zeta, bahkan Mars yang dekat pun belum tentu kau akan sampai di sana. Mengembara dari kota ke kota, firma ke firma, merelakan peluh terhambur di lapangan berdebu dan berminyak berpayung terik matahari yang garang?

Apakah yang kau impikan di dalam hidup ini sebenarnya? Kau seberangi tanah-tanah gersang lalu tinggal jauh di sana. Dalam dekap megapolutan yang tiada kenal kata damai dan tenteram.

Akankah kau kembali ke sini, ke tanah yang masih dtumbuhi kedamaian, pendingin rasa yang memanas tersulut lidah api ketergesaan, kekakuan dan keegoisan? Akankah kau damaikan jiwamu dalam sujud-sujud panjang di pekat inti malam bersama beku angin pencakar jangat, menuntunmu pada cahaya terang sebaik-baik penghambaan?


"When you learn to walk confidently in your aloneness, you are ready for togetherness" 
[Mandy Hale]
 

*image via cynthiaindriso.com

6/23/2016

Kembali Ngeblog

Akhirnya, kembali juga aku ngeblog. Setelah sekian hari blog ini kutinggal begitu saja. Alhamdulillah..

Jujur, aku ngeblog lagi setelah tanpa sengaja membaca postingan dari blogger inspiratif ini yang membuatku pingin segera memuntahkan kata-kata yang sudah nyesek berjejalan di kepala. meski tanpa ide yang fix tentang apa tema yang hendak kuangkat, aku sudah senang karena bisa mengakali hambatan menulis yang bukan lain adalah rasa malas.

Mungkin selama ini yang tertanam di ingatan pembaca blog ini adalah tulisan-tulisanku yang selalu serius. Tapi, percayalah, aku pun bisa untuk tidak seserius itu. Iya, seperti kali ini. Saat aku sedang ingin menertawai diri sendiri atas segala hal bodoh yang pernah kulakukan. 

Di bulan puasa seperti ini, aku mestinya bisa lebih produktif daripada di bulan-bulan yang lain. Dan itu kurasa cukup berat. Tapi, don't give up.. jangan nyerah.. It's better to give down.. karena tangan yang di atas lebih baik daripada yang di bawah. 

Jadi, buat mengusir kemalasan yang merugikan itu, aku berusaha buat menuls lagi, menyapa semuanya lagi. Meski bila pun aku sedang tidak punya apa-apa.. "When you have nothing to give, all you can give is LOVE", kata Winston Smith kurang lebihnya dalam novel 1984.

Setidaknya itulah yang ingin kulakukan, meski dalam konteks yang berbeda. Dengan ini pula, aku memprovokasi Anda semua yang belum tergerak atau terbiasa menulis untuk memulainya segera. Suatu saat, aktifitas satu ini akan membuat ketagihan.

Aku ingin malam ini dan di waktu mendatang, hari-hariku lebih bermakna, tidak hanya berisi banyak tidur melulu seperti dua owlie di bawah ini :) 


5/01/2016

The Best Thing About Blogging

best thing about blogging
People use their blog for various purpose. From sharing personal stories, promoting something, showing expertise, to earning money online. Whatever it is, what a blogger can never leave behind is a spirit to share. 

It's been two months since my disappearance from this blog. I didn't share anything. Coming back to blogging is an exclusive thing.

Some say sharing is caring. Sharing won't make you less; it even makes you more. Without any doubt, there are many things we can get from blogging. I myself feel this activity allows me  to feel more alive. Far more alive, like never before. 

The best thing about blogging is the freedom to speak and let people know what's going on in my mind. I can reach real people out there, somewhere on the planet earth. I can communicate my deepest concern without fearing of holding back. There's no need to be afraid to say what I mean.

I am an NT, an intuitive thinking person by definition. I find my mind cannot be shut down except when I sleep. There are many times in my real life when I find myself locked in a small room of holding back. I can't completely express what I really want to say. 

The person like me tends to see something objectively; it's about pros and cons that often times people get an impression of hurry. Insensible, lack of emotion, cold, uncaring, unfeeling, and the likes. Surely, I've been trying to calm myself down and "activate" my feeling side more often. 

The effort to be a "feely" makes me feel less authentic. I need to be myself, the true version of me without losing my empathy for others. I now realize that this can be achieved through an unending practice of talking and doing stuff ethically. It requires good communication skill and common sense. 

Since it's a skill, a good way of communication can be learned. And I am thankful for being me. My intuitive thinking side let me to be a quite fast learner in some areas that I am interested in. 

Now when the freedom of speaking is the best thing I have in blogging... A freedom that can't be bought by anything. It's been a kind of natural of law when somebody funded something, he will be in control over the thing he grants his fund to. Objectivity, criticism, and even truth can be shaped and adjusted to his will.

So, where's the independence? I admit that freedom is not not without borderline. Even with this free blog platform like this, I feel I still have the freedom that I need to express what I have inside.

What about you? Tell me your story.


#picture via wikihow.com


2/28/2016

Diskriminasi Kembang Turi

bunga turi
Ada fenomena absurd di tempat para penjual nasi pecel di daerahku. Yang paling kentara adalah di tempat penjual pecel yang lokasinya dekat sekolah. Fenomena itu adalah penolakan pembeli pada sejumlah komponen pelengkap nasi pecel itu sendiri.

Aku tahu hal itu karena meski hanya kadang-kadang saja membeli pecel di sana, tapi antriannya cukup panjang. Jadi aku bisa leluasa mengamati tingkah dan keinginan pembeli-pembeli di depanku.

Di tempat ibu penjual pecel dekat gedung SD...

Si ibu penjual sudah akrab dengan anak-anak SD yang meminta nasi 'pecelnya' tidak usah dikasih sayuran tertentu, atau bahkan tanpa sayuran sama sekali. 

Kalau pembeli yang sudah dewasa biasa memesan nasi dengan tidak pakai sayur yang diyakini bisa memicu penyakit atau kambuhnya keju linu atau penyakit asam urat mereka, seperti daun melinjo dan kacang panjang, maka anak-anak SD itu malah ada yang merequest nasi pecel tanpa bunga turi. Kembang turi mengalami penolakan berkali-kali.

Maka, ibu penjual pecel yang sudah akrab dengan kegemaran mereka sering bertanya:

"Mau kan sayurnya?"

"Oh, kamu mau sayur ini ternyata"

"Pakai sayuran atau ndak?"

Dan kalimat-kalimat sejenis yang menyiratkan bahwa mayoritas anak-anak SD yang membeli sarapan di situ tidak menginginkan sayuran ada dalam menu mereka. Jadilah makan pagi mereka nasi pecel tanpa sayur. Isinya nasi putih hangat, tempe goreng dan sambal pecel yang kadang diberi terancaman (mentimun cacah dan daun bawang merah ) sedikit atau kecambah kacang hijau rebus.

Kejadian begini mengingatkanku pada waktu-waktu lalu. Aku, bila diajak makan mie ayam, selalu berpesan pada temanku atau penjualnya "tanpa ayam." Hahaha! Ini juga mirip dengan "soto ayam tanpa ayam."

Tapi, apa yang hendak diungkapkan oleh fenomena diskriminasi kembang turi di tempat penjual pecel di atas? Yang kutangkap adalah, banyak anak-anak pra remaja yang sudah bersikap anti sayuran; mereka tidak terbiasa mengonsumsi sayuran dalam menu makanan mereka di rumah. Karenanya dalam membeli makanan -bahkan nasi pecel sekalipun yang lauk utamanya memang sayuran- mereka memilih tidak mau diberi sayur. 

Karena makanan asli adalah sumber nutrisi terbaik, bisakah kita prediksi apa yang akan terjadi pada mereka suatu hari jika terus mempertahankan kebiasaan ini?


*image via bisnisukm.com
'

2/13/2016

Rain: Soundtrack Paling Pas Saat Hujan

Di suasana hujan seperti sore ini, saya teringat pada sebuah lagu lama punya Joey McIntyre. Judulnya Rain. Cocok banget untuk dijadikan soundtrack dan akan membuat kenangan lama kembali melayang di depan mata.

arti lagu Rain Joey Mc Intyre

Hujan selalu memberi arti tersendiri dan saya menyukainya. Sangat-sangat menyukai hujan. Apalagi di waktu sore. Alam yang semula terang menjadi redup oleh bayangan air yang tercurah dari langit. Dingin menyergap, menyejukkan hati yang kering dan gersang.

1/18/2016

Banjir Informasi dan Energi Menulis

Tulisan mencerminkan bacaan kita. Dalam bahasa Aa Gym kala beliau berjaya di udara dulu, teko akan selalu mengeluarkan apa yang dimasukkan ke dalamnya. Bila diisi teh, yang keluar nanti juga teh. Bila diisi jus mangga, keluarannya jus mangga juga. Begitu analogi beliau tentang ‘produk’ kita, baik berupa perkataan maupun tulisan. Apa yang kita tulis tidak akan berjauhan dari apa yang telah kita baca.

Yang sering kualami adalah lupa daratan bila sudah membaca. Akibatnya, semua yang telah terbaca tidak sempat diikat dalam tulisan mandiri karena sudah keburu capek atau ada hal lain yang harus kukerjakan. 
 
Banjir informasi dan energi menulis
Gerobak yang kelebihan muatan bisa jomplang begini, gimana kalau orang kebanjiran informasi? (gambar dari flickr.com)

Seperti dua hari terakhir ini. Satu diantara situs yang yang rajin kupantau, Realfarmacy, memposting artikel yang cukup banyak. Aku memang tidak selalu membaca satu per satu postingannya. Yang menjadi masalah adalah semua post dalam dua hari terakhir itu sangat menarik perhatianku. Sayang bila ada satu saja yang terlewat tidak terbaca. 

Inilah yang kumaksud dengan banjir informasi. Keadaan seperti ini kadang malah memicuku untuk menjadi kurang produktif dalam menulis. Energi sudah terlanjur habis untuk membaca dan untuk melakukan pekerjaan lain di rumah yang kejar tayang di rumah.

Kabar baiknya, semakin banyak dan beragam bahan bacaan terserap, semakin siagalah pikiran kita untuk memroses informasi yang baru masuk dan menempatkannya di ruang-ruang khusus dalam gambar besar sistem yang telah terbentuk di kepala kita. 

Membaca yang merupakan kegiatan konsumtif masih bisa mengahsilkan tambahan pengetahuan dan memercikkan ide-ide baru untuk dijabarkan. Pesan positif pengalaman semacam ini adalah tuntutan agar aku lebih bisa mengatur waktu agar seluruh tanggung jawab yang kuambil bisa terlaksana sebaik-baiknya. Juga, agar tidak ada waktu luang yang terbuang tanpa menghasilkan sesuatu, meski itu cuma berupa catatan singkat, diantaranya.

Bagaimana denganmu, kawan?